#SuaraWarga | Mencari Kejelasan Soal Parkir di Museum Tsunami
Menyoal parkir kendaraan di Museum Tsunami Aceh bukan lagi isu baru, sejak beberapa tahun belakangan tetap saja berbagai keluhan datang, terlebih lewat jejaring sosial Twitter baru-baru ini yang diterima oleh @iloveaceh.
“Kata juru parkir dpn Museum Tsunami “klw parkir tmpt wisata, roda 2 Rp2000/motor”. Tdk ada karcis resmi dr pemda,” sebut @zulkabar dalam mentionnya kepada @iloveaceh, Kamis (6/2/2014) lalu.
Jika menarik ulur, di tahun 2012 hal serupa juga sempat terjadi. Dimana pengunjung museum tsunami Aceh juga mengeluhkan mahalnya bea parkir yang melonjak 100 % dari ketentuan Pemerintah Kota Banda Aceh. Pengelola parkir mengutip Rp 2.000/sepeda motor. Padahal pada tahun 2012 bea tarif parkir di badan jalan masih berlaku Rp 500/sepeda motor dan Rp 1.000/mobil.
Buseett parkir mobil museum tsunami 10.000. Kiban @iloveaceh ???
— Gemala Wahyuni (@gemalawahyuni) October 27, 2012
Pada tahun 2013, Dishubkominfo Kota Banda Aceh juga telah mengenakan tarif baru, yakni terhitung mulai 1 Maret 2013 Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum. Adapun tarif baru tersebut adalah sebagaia berikut:
- Kendaraan roda 2 dan roda 3 dikenakan tarif sebesar Rp1.000;
- Untuk kendaraan roda 4 dikenakan tarif Rp2.000; dan
- Kendaraan roda 6 dikenakan tarif sebesar Rp 6.000.
Berdasarkan hal inilah, @iloveaceh kembali menaikkan #suarawarga sebagai bentuk penjaringan pendapat warga di linimasa dari sejumlah pengunjung yang pernah bertandang ke lokasi wisata ini untuk mencarikan solusi yang nantinya bisa diambil kebijakan baik itu oleh manajemen museum, dinas terkait, serta warga setempat yang disebut-sebut sebagai pengelola parkir area luar.
Apa Kata #ATwitLovers
Selama 1 kali 60 menit, @iloveaceh berhasil menjaring beragam pendapat. Tidak lepas dari itu semua, pendapat yang masuk dalam #suarawarga juga bisa mewakili beberapa pendapat umum lainnya soal tanggung jawab dari petugas atau juru parkir serta keberadaan area parkir yang dikelola secara terpisah antara pihak manajemen museum dan warga setempat.
Menurut juru parkir dpn Museum Tsunami, per kendaraan roda 2 dikenakan tarif 2.000rb + tanpa karcis, begitu penuturan @zulkabar #suarawarga
— I Love Aceh (@iloveaceh) March 6, 2014
Saat masuk bayar, saat keluar disuruh bayar lagi RT @iloveaceh: #suarawarga pengalaman ‘aneh’ memarkir kendaraan di Museum Tsunami,
— Anto (@SafriantoSML) March 6, 2014
@iloveaceh @MuseumTsunami menurut saya meskipun tidak ada kostum, asalkan bertanggung jawab sih tdk apa apa min #suarawarga
— Coffee is yours (@IndieGem) March 6, 2014
#suarawarga | @my_amang: @zulkabar yes, the real ninja. Gak keliatan, pas mau pulang tiba-tiba udah datang aja minta bayaran hahaha
— I Love Aceh (@iloveaceh) March 6, 2014
@ngelapaks kena 5 ribu tanpa tanda parkir? alasannya kenapa bisa segitu, sementara menuru juru parkir 2 ribu #suarawarga
— I Love Aceh (@iloveaceh) March 6, 2014
Kdang diksh krtu tp cuma 1 diselipin dimotor. Kagak ade pertinggalnye. (Gunanye ape,cm die ame Tuhan yg tau) @iloveaceh #suarawarga”
— NIKEN HARORO (@ken_min_hoo) March 6, 2014
@iloveaceh#suarawarga | nyan mmg harus ditertibkan..jika mmg pemkot bna mau ada juru parkir di meseum … http://t.co/UBxPbWe5vw
— Ikram (@vicramvic) March 6, 2014
“@iloveaceh anggap saja rezeki mereka2, seribu-2 ribu mudah2n jadi sedekah, selama kendaraan kita aman #suarawarga”
— yusriani (@Ria_Gade) March 6, 2014
#suarawarga | @dimas_nsw: ane malah parkir di dalam Min. Setelah portal deket pos satpam. Dan dibelakang bagian dalam http://t.co/2W5XP7pQqQ
— I Love Aceh (@iloveaceh) March 6, 2014
dh bbrpa x ksna,mereka mnta parkir d muka…trs ga da struk resmi,pdhal itu tempat tujuan wisatawan @iloveaceh @MuseumTsunami #suarawarga
— Ina Safria (@inasafria22) March 6, 2014
#suarawarga | @MuslemD: tukang parkir dan pengemis udah sama banyak nya,dimana mana ada mereka…sekali sentuh kreta 1000
— I Love Aceh (@iloveaceh) March 6, 2014
#suarawarga menyoe hana baro meaf | @Muamar_VebRy: intinya selagi ada uang utk bayar ya bayar aja. Anggap aja sedekah. Hana peurle karu2
— I Love Aceh (@iloveaceh) March 6, 2014
Menanggapi hal tersebut dan sejumlah #suarawarga, pihak Museum Tsunami lewat akun resmi juga kembali memberikan klarifikasi pada Jum’at (7/3/2014). Berikut petikannya:
1/ menanggapi #suarawarga @iloveaceh , mimin akan memberikan info terkait parkir di #MuseumTsunami
— Museum Tsunami Aceh (@MuseumTsunami) March 7, 2014
2/ untuk parkir di area luar #MuseumTsunami itu dikelola oleh warga sekitar atau warga gampong | #suarawarga , @iloveaceh
— Museum Tsunami Aceh (@MuseumTsunami) March 7, 2014
3/ sedangkan untuk area parkir bagian dalam (biasanya kendaraan roda 4) dikelola oleh kami. | #suarawarga #iloveaceh
— Museum Tsunami Aceh (@MuseumTsunami) March 7, 2014
4/ meskipun tak dpt tanda resmi, setiap bulannya ada dari dinas terkait yg datang untuk mengambil retribusi parkir | #suarawarga @iloveaceh
— Museum Tsunami Aceh (@MuseumTsunami) March 7, 2014
Dari klarifikasi di atas juga bisa kita ambil kesimpulan bahwa, uang retribusi parkir juga ditampung oleh pihak Pemkot Banda Aceh. Namun, upaya penjelasan informasi kepada masyarakat atau pengunjung di Museum Tsunami ada baiknya juga disampaikan dalam bentuk tertulis seperti pencantuman plang retribusi di depan area luar atau dalam museum.
Kita juga mengharapkan persoalan yang sama tidak bermunculan lagi ke depan dan menjadi bahan pertimbangan dari pihak-pihak yang telah disebutkan di atas tadi (Manajemen Museum Tsunami, Pemkot Banda Aceh, warga setempat) untuk melakukan rembuk alias menggelar diskusi dalam mencari solusi alternatif lainnya. Sehingga kesadaran masyarakat untuk berkunjung ke tempat wisata seperti Museum Tsunami juga akan lebih meningkat kedepan dengan adanya upaya dari pihak pengelola sendiri dalam menjaga kenyamanan pengunjung. (ed)